Saat Cahaya Tak Lagi Ada
Hidup ini seperti perjalanan panjang tanpa arah. Langit selalu abu-abu, dan angin yang bertiup membawa dingin yang menggigit, seolah mengingatkan bahwa hangatnya pelukan matahari hanyalah ilusi. Aku berjalan, tapi tak ada tujuan. Aku menunggu, tapi tak ada yang datang.
Ada rasa lelah yang merambat, menjalar perlahan, membungkus setiap sudut jiwa. Aku memandang ke depan, tapi yang terlihat hanyalah jalan kosong, tanpa akhir. Aku memandang ke belakang, tapi yang ada hanyalah jejak-jejak yang seharusnya tak pernah ada.
Kadang aku bertanya pada diri sendiri, “Untuk apa semua ini?” Tapi pertanyaan itu tak pernah mendapat jawaban. Diam menjadi teman, dan sepi menjadi rumah.
Aku ingin berhenti. Rasanya seperti menanti senja yang tak pernah muncul, langit yang tak pernah berubah warna. Satu-satunya yang pasti adalah malam, gelap yang selalu setia datang, memeluk erat hingga aku sulit bernapas.
Jika hidup adalah perjalanan, maka aku ingin turun dari kereta ini. Aku tak lagi peduli ke mana tujuan akhirnya, karena tak ada yang menungguku di sana. Aku hanya ingin diam. Tanpa suara, tanpa langkah, tanpa harapan.
Mungkin, jika aku berhenti di sini, aku akan menemukan ketenangan yang selama ini tak pernah ada.
0 komentar