• Home
  • About
  • Youtube Channel

gmail instagram twitter youtube

Dikalamuda

Berbagi Cerita Ala Kadarnya

Pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan berhasil membentuk karakter anak bangsa. Orientasi pendidikan hanya berusaha mengejar keberhasilan kelulusan formal belaka, sangat minim atas penguasaan kompetensi maupun pemecahan masalah sehari-hari yang dihadapi bangsa. (Susetyo, 2010)
Tujuan pendidikan tidak hanya membentuk manusia yang cerdas, tetapi juga menciptakan manusia yang berkarakter dan berbudi pekerti, sehingga nantinya akan lahir generasi yang tumbuh dengan nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk pembelajaran kesenian, salah satunya seni rupa.
Dalam dunia seni, konsep pendekatan yang diterapkan tidak hanya seni dalam pendidikan, melainkan pendidikan melalui seni. Sama halnya dengan seni rupa yang tidak hanya menerapkan konsep pendekatan seni dalam pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan melalui seni digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan seni itu sendiri. Sikap dan emosional seseorang dapat terbentuk melalui seni rupa karena pembelajaran seni rupa menggunakan otak kanan. Seni rupa merupakan sebuah kebebasan untuk menyampaikan pemikiran maupun perasaan tentang realitas kehidupan melalui sebuah karya visual. Tidak hanya semata-mata menggoreskan warna pada kanvas, melainkan tetap memperhatikan nilai estetis dan dapat dipertanggungjawabkan oleh pelukis itu misalnya saat karya tersebut dipamerkan. Hal ini memunculkan nilai etika, moral, sosial, maupun kesopanan pada diri pelukis. Maka pendidikan karakter melalui seni rupa dapat tercapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan emosional, intelektual dan kesadaran estetis.


Seviola Angely Arifia Putri
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Indonesia dikenal sebagai negara majemuk. Berbagai suku, agama, ras, dan golongan dapat hidup berdampingan dengan rukun. Namun, kemajemukan yang ada jika tidak dilandasi rasa toleransi hanya akan menjadi boomerang untuk Indonesia. Jika dilihat, belakangan ini semangat toleransi kebhinekaan terus mengalami sebuah degradasi yang cukup drastis di kalangan pelajar. Benih-benih intoleransi mulai menjalar pada pola pikir sebagian pelajar. Hal ini bisa kita lihat pada penelitian Kemdikbud pada Juli-September 2016. Penelitian itu didasari oleh meningkatnya sentimen konflik agama dan ras di Indonesia, termasuk diskriminasi dan dominasi etnis mayoritas terhadap minoritas. Hasilnya menyatakan bahwa 8,2 persen pelajar yang menjadi respon¬den menolak ketua OSIS dari agama berbeda. Selain itu, ada pula 23 persen responden yang merasa lebih nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu agama. (Kompas, 2/5/2017).  Benih-benih intoleransi tersebut muncul karena minimnya pendidikan karakter dalam diri pelajar. Diantaranya tidak ada rasa saling percaya yang mendukung rasa pengertian, toleransi, saling hormat, dan komunikasi. 
Melihat kenyataan ini, maka nilai-nilai Pancasila sudah semestinya ditanamkan. Tidak hanya pada teorinya saja, melainkan pada sebuah formulasi atau metode pembelajaran yang relevan. Sehingga, pelajar tidak bersifat apatis dengan pembelajaran nilai-nilai Pancasila. Pelajar harus mampu mengamalkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi agar Indonesia tetap berdiri kokoh. Penanaman benih-benih ini dapat dilakukan dengan beragam aktivitas di sekolah, seperti kegiatan seni budaya yang mencirikan berbagai budaya di Indo¬nesia, maupun menyeleng¬garakan dialog antar umat beragama di kala¬ngan pelajar. 
Selain itu, penanaman nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan dengan mengaktifkan peran pelajar dalam sebuah organisasi. Pelajar akan belajar untuk menyelesaikan masalah, berpendapat dan menghargai pendapat, bekerja sama tanpa membedakan dengan siapa ia bekerja, serta menjadi pemimpin dan menghormati siapapun pemimpinnya. Mereka juga harus belajar untuk berkata tanpa menyakiti perasaan, meminta maaf jika bersalah, dan memberi dukungan kepada semua pihak. Semakin sering pelajar ditempa dan dididik akan gambaran positif, serta keunikan nilai budaya dan agama lain, semakin sulit mereka untuk mencari kesalahan orang lain, sehingga menumbuhkan rasa toleransi diantara mereka.
Dengan begitu, rangkaian upaya tersebut diharapkan dapat melahirkan generasi toleran. Generasi yang se¬nan¬tiasa mendasarkan hidup atas ke¬agungan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan. Yang pada akhirnya dapat memperkuat kebhi¬nekaan Indonesia. Dari benih-benih yang kita tanamkan, suatu saat akan menumbuhkan para pemuda teladan calon pemimpin yang toleran. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila yang mulai redup harus kita hidupkan kembali. Jangan sampai terulang diskriminasi antar agama dan etnis yang akan berujung konflik di negeri pertiwi ini.


Seviola Angely Arifia Putri
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Saya memiliki banyak impian yang hendak saya capai. Salah satunya mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Untuk mewujudkannya tidaklah mudah, perlu adanya kolaborasi untuk membangun Indonesia Emas 2045. Untuk kolaborasi dibutuhkan rasa toleransi  dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Siapa penggagas Indonesia Emas 2045? Tentu saja pemuda. Kunci keberhasilannya pun ada di tangan pemuda. 
Ir. Soekarno pernah berkata, “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang dunia!” Itu salah satu motivasi terbesar saya mengikuti Jambore Pelajar Teladan Bangsa 2018. Saya sangat ingin mengikuti JPTB 2018 untuk bisa menjadi salah satu pemuda itu, pemuda hebat yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena pemuda hebat tidak lahir begitu saja, tentunya butuh bimbingan, dorongan, pembelajaran, serta proses. Dengan cara saling kenal mengenal membangun sebuah payung kekeluargaan dan berinteraksi terhadap rekan sebaya lintas provinsi di Indonesia dengan latar belakang budaya, suku bangsa, ras, maupun agama yang berbeda. Hal ini sangat penting untuk perkembangan sosial, bahasa, dan kognitif sehingga mendorong sikap toleransi dalam diri saya dan teman-teman yang lain. Dengan keberagaman memberikan banyak pembelajaran tentang indahnya menghargai perbedaan satu sama lain. Selain itu, saya ingin mendapat banyak ilmu baru dan pengalaman yang berkesan di tahun 2018 ini, sehingga saya mencoba berpartisipasi dalam JPTB 2018 sebagai dasar wujud aksi nyata untuk Indonesia. 
Setelah memahami visi dan misi JPTB 2018, saya percaya bahwa saya adalah salah satu orang yang pantas dan sangat berminat untuk mencoba mengikuti kegiatan ini. Hal ini dilatarbelakangi oleh pengalaman berorganisasi saya yaitu OSIS, Pramuka, dan Silat di SMAN 1 Kendal. Serta Forum Anak Kabupaten Batang dan pendiri komunitas Batangnyerat. 
Disamping itu saya berharap dengan mengikuti JPTB 2018, saya bisa membuat orang-orang terdekat saya bangga dan untuk ke depannya ilmu yang saya dapatkan bisa saya implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara berkomitmen melakukan perubahan positif dari hal kecil sampai aksi nyata dengan memberi dampak besar bagi kehidupan di Indonesia dalam hal toleransi maupun hal positif lainnya.   Bertemu dan berinteraksi dengan pemuda-pemudi hebat lintas provinsi menuntut saya untuk dapat berjuang bersama, berkolaborasi, serta memiliki relasi dan kesempatan yang luas untuk membangun Indonesia menjadi negara maju dengan mendorong sikap toleran dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Bung Karno pernah berkata, "Tuhan tidak merobah nasibnya suatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya.” 
Saya percaya bahwa saya akan menjadi salah satu pemuda hebat yang memiliki inovasi untuk meningkatkan masa depan di Indonesia. Besar harapan saya untuk bisa belajar banyak di JPTB 2018 ini.


Seviola Angely Arifia Putri
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Penulis


Panggil aja ol. Ini sisi lain dari aku, nulis random dan ala kadarnya. Mau tau sisiku yang lain? ada di instagram atau youtube, violasevio.

Follow Me

  • instagram
  • youtube
  • twitter

Archive

  • July 2025 (1)
  • June 2025 (3)
  • April 2025 (1)
  • January 2025 (2)
  • December 2024 (3)
  • November 2024 (3)
  • July 2024 (1)
  • December 2023 (2)
  • November 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • August 2023 (1)
  • July 2023 (2)
  • June 2023 (2)
  • May 2023 (1)
  • February 2023 (1)
  • July 2022 (1)
  • February 2022 (4)
  • January 2022 (2)
  • December 2021 (5)
  • November 2021 (5)
  • October 2021 (6)
  • September 2021 (3)
  • August 2021 (3)
  • July 2021 (3)
  • May 2021 (1)
  • April 2021 (1)
  • February 2021 (2)
  • January 2021 (2)
  • December 2020 (2)
  • November 2020 (1)
  • August 2020 (1)
  • April 2020 (1)
  • March 2020 (1)
  • December 2019 (1)
  • July 2019 (3)
  • May 2019 (1)
  • April 2019 (1)
  • February 2019 (1)
  • December 2018 (1)
  • November 2018 (2)
  • October 2018 (1)
  • September 2018 (1)
  • June 2018 (3)
  • February 2018 (1)

labels

  • #30DayWritingChallenge (5)
  • a note to myself (10)
  • Beropini (6)
  • Daily (5)
  • Monolog (2)
  • photos (8)

Followers

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates