Generasi Muda Butuh Perisai Untuk Melawan Intoleransi

by - June 05, 2018

Indonesia dikenal sebagai negara majemuk. Berbagai suku, agama, ras, dan golongan dapat hidup berdampingan dengan rukun. Namun, kemajemukan yang ada jika tidak dilandasi rasa toleransi hanya akan menjadi boomerang untuk Indonesia. Jika dilihat, belakangan ini semangat toleransi kebhinekaan terus mengalami sebuah degradasi yang cukup drastis di kalangan pelajar. Benih-benih intoleransi mulai menjalar pada pola pikir sebagian pelajar. Hal ini bisa kita lihat pada penelitian Kemdikbud pada Juli-September 2016. Penelitian itu didasari oleh meningkatnya sentimen konflik agama dan ras di Indonesia, termasuk diskriminasi dan dominasi etnis mayoritas terhadap minoritas. Hasilnya menyatakan bahwa 8,2 persen pelajar yang menjadi respon¬den menolak ketua OSIS dari agama berbeda. Selain itu, ada pula 23 persen responden yang merasa lebih nyaman dipimpin oleh seseorang yang satu agama. (Kompas, 2/5/2017).  Benih-benih intoleransi tersebut muncul karena minimnya pendidikan karakter dalam diri pelajar. Diantaranya tidak ada rasa saling percaya yang mendukung rasa pengertian, toleransi, saling hormat, dan komunikasi. 
Melihat kenyataan ini, maka nilai-nilai Pancasila sudah semestinya ditanamkan. Tidak hanya pada teorinya saja, melainkan pada sebuah formulasi atau metode pembelajaran yang relevan. Sehingga, pelajar tidak bersifat apatis dengan pembelajaran nilai-nilai Pancasila. Pelajar harus mampu mengamalkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi agar Indonesia tetap berdiri kokoh. Penanaman benih-benih ini dapat dilakukan dengan beragam aktivitas di sekolah, seperti kegiatan seni budaya yang mencirikan berbagai budaya di Indo¬nesia, maupun menyeleng¬garakan dialog antar umat beragama di kala¬ngan pelajar. 
Selain itu, penanaman nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan dengan mengaktifkan peran pelajar dalam sebuah organisasi. Pelajar akan belajar untuk menyelesaikan masalah, berpendapat dan menghargai pendapat, bekerja sama tanpa membedakan dengan siapa ia bekerja, serta menjadi pemimpin dan menghormati siapapun pemimpinnya. Mereka juga harus belajar untuk berkata tanpa menyakiti perasaan, meminta maaf jika bersalah, dan memberi dukungan kepada semua pihak. Semakin sering pelajar ditempa dan dididik akan gambaran positif, serta keunikan nilai budaya dan agama lain, semakin sulit mereka untuk mencari kesalahan orang lain, sehingga menumbuhkan rasa toleransi diantara mereka.
Dengan begitu, rangkaian upaya tersebut diharapkan dapat melahirkan generasi toleran. Generasi yang se¬nan¬tiasa mendasarkan hidup atas ke¬agungan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan. Yang pada akhirnya dapat memperkuat kebhi¬nekaan Indonesia. Dari benih-benih yang kita tanamkan, suatu saat akan menumbuhkan para pemuda teladan calon pemimpin yang toleran. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila yang mulai redup harus kita hidupkan kembali. Jangan sampai terulang diskriminasi antar agama dan etnis yang akan berujung konflik di negeri pertiwi ini.


Seviola Angely Arifia Putri

You May Also Like

0 komentar