Malam ini, jarum jam baru saja melewati angka satu. Tiba-tiba, kenangan tentangmu menyeruak tanpa permisi, mengisi seluruh ruang di hati yang seharusnya kosong. Ada rasa sesak yang menyelinap, membuat dada ini terasa berat. Napasku menjadi pendek, seakan paru-paru enggan bekerja sama.
Pelan-pelan, air mata mulai mengalir, jatuh tanpa suara. Semakin lama, pipi ini basah, seakan menjadi saksi bisu atas luka yang tak kunjung sembuh. Rasanya aneh, betapa ingatan bisa menjadi penjara, dan betapa malam seringkali menjadi pengadil yang paling jujur.
Tak ada yang bisa menghapus perasaan itu dalam sekejap. Dalam setiap tetes air mata, ada cerita yang terulang, ada harapan yang tak lagi punya tempat. Aku hanya bisa terdiam, membiarkan kesedihan itu bernafas di antara keheningan malam.
Inilah saat-saat di mana aku sadar, bahwa meski waktu terus berputar, ada bagian dari diriku yang masih terjebak di momen ketika kita masih ada. Malam ini, tepat jam satu, aku diingatkan lagi tentang betapa sesaknya kehilangan dan betapa nyatanya kepergianmu di setiap denyut yang memanggil nama itu.