Singgah

by - March 30, 2020

Hari ini mendengar kabar tentangmu, ternyata kau sedang tidak baik-baik saja. Lalu kau datang untuk singgah. Apakah singgahmu akan menjadi sungguh? Ah, aku mulai halu. Yang singgah tak selamanya ada, namun yang sungguh pasti selalu ada. Sungguh bisa menjadi patah kalau kita bosan, namun singgah lebih dari itu. Bisa saja menggantungkan keadaan, bahkan perasaan, lalu ia pergi. Dengan mudahnya meninggalkan tanpa alasan, sampai tak memikirkan perasaan. Tak ingat dengan kalimat-kalimat yang meluluhkan hati, sekadar kata, tak bermakna. Mungkin tak semua orang mempermasalahkannya, bahkan begitu cepat menerima. Katanya, singgahlah kalau memang kau butuh, tapi jangan memberi ruang untukku berharap. Dan singgahlah jika memang kau merasa sungguh, tapi jangan patahkan kepercayaan dengan alasan-alasan tak masuk akalmu itu.

Kita boleh percaya bahwa yang singgah dapat berlanjut seperti kapal yang berlabuh mengikuti derasnya arus laut. Mungkin kata singgah bermakna tempat istirahat, tempat bernapas, atau mungkin tempat penyelesaian masalah. Lalu mereka melanjutkan perjalanan karena keadaan sudah baik-baik saja. Namun kita tak boleh menutup mata, terkadang yang singgah akan selamanya singgah karena tak ada penyelesaian. Yang singgah akan pergi dari tempat melepas penat, mungkin sudah bosan. Yang dibutuhkan adalah cara bagaimana kapal dapat berlabuh kembali, baik dalam keadaan air laut tenang ataupun tidak. Jangan saling menyalahkan, sama-sama berjuang pasti hal-hal baik akan selalu datang.

Kita juga boleh percaya bahwa yang sungguh pasti akan selalu berlabuh dalam keadaan apapun. Mungkin karena persiapan yang matang atau keterpaksaan? Seperti kapal perang yang mau tak mau harus maju karena membawa nasib rakyatnya layaknya perasaan yang harus dijaga karena adanya komitmen yang dibangun sejak awal. Namun kita tak boleh menutup mata, terkadang yang sungguh tak membawa kita pada suatu titik kenyamanan. Yang sungguh seakan memaksa kita untuk berlabuh dengan keadaan tidak baik-baik saja. Merasa tertekan? Iya. Karena yang sungguh tak selamanya memberikan yang terbaik. Terbaik baginya bukan berarti terbaik untuk kita. Cobalah tenang dan pikirkan keadaan, mau lanjut atau cukup.

Yang terpenting disini adalah bukan masalah singgah atau sungguh. Mungkin kita tak bisa memilih diantara keduanya karena yang singgah bisa menjadi sungguh, dan yang sungguh bisa menjadi singgah. Berlabuhlah pada kenyamanan, bukan keterpaksaan. Cobalah mengerti keadaan, tapi jangan kau lupakan perasaan. Sekian.

Yogyakarta, bersama kawan dari Ranah Minang.

You May Also Like

0 komentar