Sometimes, the most difficult thing in life is letting go of someone you care about. Love is a complex emotion, bisa bikin kita nggak hanya berkorban buat orang lain, tapi juga bisa nyakitin diri kita sendiri. Aku pernah ada di posisi di mana aku cinta banget sama seseorang, sampai akhirnya aku merasa, "Mending aku mundur, berhenti ngirim pesan, kasih dia ruang yang dia butuhin, biarin dia ngejar cinta yang dia inginkan."
Aku mikir, "Kalau aku beneran cinta, ya aku bakal ngelepasin." Selama dia bahagia, aku ngerasa cukup. Daripada maksa dia hanya untuk ngertiin perasaanku. Keputusan itu nggak gampang, tapi rasanya itu yang terbaik. Aku tahu dia pantas sama orang yang dia suka, meskipun itu bukan aku. So, I stopped.
Tapi seiring waktu, ada yang berubah dalam diri aku. Aku sadar, meskipun perasaanku untuknya masih ada, ternyata aku harus lebih sayang sama diri sendiri. Kenyataannya adalah, nggak peduli seberapa besar perasaan aku, kalau ternyata itu nggak buat aku, ya harus rela. Aku nggak bisa terus bertahan pada sesuatu yang nggak seharusnya terjadi. Aku mulai ngerti kalau cinta itu nggak cuma soal bertahan, tapi juga soal melepaskan kalau itu yang terbaik buat kedua pihak.
Aku nggak kehilangan perasaan untuknya, aku masih peduli banget. Tapi aku menyadari sesuatu yang jauh lebih penting. Aku bukanlah orang yang dia inginkan. Dan kenyataan itu, meskipun nyakitin banget, akhirnya ngasih aku kekuatan buat ngelepasin. Kadang, kita perlu jalan menjauh, bukan karena udah nggak peduli, tapi karena kita lebih cinta sama diri kita sendiri dan tahu kalau bertahan cuma ngasih lebih banyak rasa sakit.
Melepaskan bukan berarti kita berhenti mencintai seseorang; itu justru berarti berhenti nungguin sesuatu yang nggak ditakdirin buat kita. Dan itu, sebenernya, adalah bentuk cinta—cinta ke diri sendiri.